Sabtu, 14 Mei 2011

Indonesia Akan Mendapatkan Dana Investasi Rp. 169,5 Triliun



Indonesia diperkirakan bakal mendatangkan dana tambahan investasi sekitar Rp 169,5 triliun saat masuk ke dalam era broadband ekonomi.
Hal ini dikemukakan Staf Ahli Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Telematika Eddy Satrio, Kamis (12/5/2011) di Hotel Borobudur, Jakarta.

"Masuknya Indonesia ke era broadband ekonomi diperkirakan akan mendatangkan tambahan investasi ke dalam perekonomian nasional sebesar Rp 96 triliun sampai dengan Rp169,5 triliun, tergantung dari mekanisme pembangunan yang dipilih," kata Eddy dalam seminar "Broadband sebagai Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Masa Depan".

Bukan itu saja, sumber dana akan disalurkan dari dana APBN sebesar 8 persen dari total investasi. Sementara 92 persen lainnya dari dana swasta atau PPP. Eddy juga menyinggung mengenai manfaat ekonomi dari broadband dalam tiga golongan ekonomi dari broadband. Pertama, pemberdayaan ekonomi. Untuk ini, National Broadband Plan menjadi katalisator esensial tercapainya sasaran ekonomi makro seperti yang ditargetkan dalam kerangka ekonomi. Kedua, potensial tambahan terhadap ekonomi. National Broadband Plan berpotensi mendatangkan investasi tambahan untuk ekonomi nasional.

Dia menjelaskan, hingga 2014, potensinya bisa diperkirakan mencapai Rp 450 triliun dari target PDB nominal Rp 10,854 triliun. Ketiga, peningkatan digital inclusion dan pengembangan aspek sosial budaya. Broadband akan berperan besar dalam transformasi sosial dan budaya masyarakat. (Srihandriatmo Malau)

Referensi : kompas.com

BELAJAR CINTA DARI CICAK


Ketika sedang merenovasi rumah, seseorang mencoba merontokkan tembok. Rumah Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor cicak terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah surat.
Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek surat itu, ternyata surat itu telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.
Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikit pun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.
Orang itu lalu berfikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada surat itu! Bagaimana dia makan?
Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu. Apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. Kemudian, tidak tahu dari mana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan dimulutnya.. AHHH!
Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.
Sungguh ini sebuah cinta, cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta? Tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu mengagumkan.

" Jangan pernah mengabaikan orang yang Anda kasih "

( My Document )

Senin, 09 Mei 2011

Dibalik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Keberhasilan pemerintah menggenjot pertumbuhan ekonomi 2010 hingga 6,1 persen patut disambut gembira. Tapi kita mesti menyadari pula bahwa pertumbuhan ekonomi yang membengkak ini belum dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Soalnya, sektor yang menjadi penopang hidup rakyat tingkat bawah, seperti manufaktur dan pertanian, kurang tumbuh.

Angka yang dilansir Badan Pusat Statistik itu melampaui target pemerintah yang memproyeksikan pertumbuhan tahun lalu 5,8 persen. Angka ini juga jauh di atas pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 4,5 persen. Nilai produk domestik bruto pun naik hingga hampir Rp 1.000 triliun dan pendapatan per kapita mencapai Rp 27,03 juta per tahun atau Rp 2,25 juta per bulan.

Masalahnya, pertumbuhan itu tidak merata. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yang mencapai 13,5 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 8,7 persen. Adapun sektor lain, seperti industri pengolahan, hanya tumbuh 4,5 persen. Sedangkan pertanian lebih menyedihkan lagi, cuma 2,9 persen.

Pembagian kenaikan angka pertumbuhan ekonomi itu juga tecermin dari peningkatan koefisien Gini di Indonesia, yang semula 0,36, menjadi 0,37. Angka ini merupakan ukuran kesenjangan pendapatan yang didapat melalui hitungan statistik proporsi total pendapatan dan jumlah penduduk suatu negara.

Dampak dari pertumbuhan yang timpang ini mungkin akan tergambar lebih jelas dari hasil sensus BPS mengenai penduduk miskin, yang diumumkan Maret nanti. Jumlah penduduk miskin pada tahun lalu turun 1,51 juta dari tahun sebelumnya, sehingga total penduduk miskin menjadi 31,02 juta. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tak merata, sulit membayangkan jumlah penduduk miskin tahun ini akan turun secara signifikan. Apalagi, angka inflasi sepanjang 2010 mencapai 6,96 persen atau lebih tinggi dari angka pertumbuhan.

Buat mengatasi kesenjangan, pemerintah harus meningkatkan kualitas pertumbuhan pada 2011. Target angka pertumbuhan ekonomi tahun ini, sebesar 6,3 persen, cukup realistis. Hanya, pemerintah perlu berusaha mendongkrak pertumbuhan di semua sektor. Jangan biarkan sektor pertanian dan industri pengolahan kurang berkembang, karena sektor pertanian dan industri pengolahan ini menjadi andalan penduduk lapisan bawah. Sektor industri pengolahan, misalnya, menyerap hingga 40 juta pekerja.

Dominannya konsumsi rumah tangga ketimbang investasi dalam pertumbuhan ekonomi tahun lalu juga perlu dicermati. Konsumsi rumah tangga menyita bagian sebesar 56,7 persen, sementara investasi cuma 32,2 persen. Tentu saja konsumsi rumah tangga tetap bisa menjadi andalan. Tapi akan lebih baik jika masyarakat diarahkan untuk mengkonsumsi produk dalam negeri, sehingga mendorong kegiatan produksi yang memperluas lapangan kerja.

Sungguh berbahaya jika pertumbuhan yang timpang itu terulang. Kesenjangan yang semakin lebar akan membuat rakyat kecewa. Pemerintah bisa saja memaparkan data bahwa ekonomi membaik dan pertumbuhan meningkat pesat. Namun masyarakat lapisan bawah tetap akan menilai buruk kinerja pemerintah karena mereka tidak menjadi lebih sejahtera.

Referensi : http://www.tempointeraktif.com/