Nama : Kholid
Nawawi
Kelas : 3EB01
NPM : 23210896
Mata
Kuliah : Bahasa
Indonesia
Tugas
: Pernalaran Induktif

PERNALARAN
Pengertian
Pernalaran
merupakan sistem berfikir manusia dengan membutuhkan data atau fakta menjadi
suatu simpulan. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi
– proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, beberapa orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam
pernalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi. Proposisi merupakan kalimat logika atau kalimat pernyataan yang
terdiri dari subject dan predikat yang bisa bernilai benar atau salah.
Metode Pernalaran
Dalam
metodenya pernalaran dibagi menjadi dua yaitu pernalaran deduktif dan
induktif. Namun pada pembahasan tugas
kali ini penulis hanya akan membahas tentang pernalaran induktif.
Pernalaran Induktif
Pernalaran
Induktif merupakan suatu pernalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus
sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat umum.
Jenis-jenis
Pernalaran Induktif
Berdasarkan
data dan fakta yang ada, seseorang dapat secara induktif menentukan pernalaran
generalisasi, analogi atau hubungan kausal.
1.
Generalisasi
Generalisasi dalah suatu simpulan yang berbentuk
induktif, dimana pernalaran bertolak dari fenomena khusus menuju simpulan umum.
Contoh :
Dian
Sastro adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Nia
Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Semua
bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan
“semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas
karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Sah atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat
dilihat bahwa data itu harus memadai jumlahnya, data itu harus mewakili secara
keseluruhan, dan pengecualian pada data yang bersifat khusus tidak dapat
dijadikan data.
2.
Analogi
Analogi adalah proses penyimpulan dengan membandingkan
dua hal berlainan yang memiliki sifat yang sama.
Contoh :
Andi
adalah pegawai PT. ABC.
Andi
mendapat gaji besar.
Rina
adalah pegawai PT. ABC.
Oleh
sebab itu, Rina mendapat gaji besar.
Tujuan
pernalaran secara analogi yaitu analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan,
untuk menyingkapkan kekeliruan, dan untuk menyusun klasifikasi.
3.
Hubungan Kausal
Secara induktif orang pun dapat menunjukan hubungan
kausal. Hubungan kausal adalah pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala
atau data yang saling berhubungan.
Pernalaran hubungan kausal ini memiliki dua pola, yaitu
pola sebab-akibat dan pola akibat-sebab. Dapat kita lihat berdasarkan contoh
berikut :
a.
Pola sebab-akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Dapat juga
berpola A menyebabkan B, C, dan seterusnya. Jadi efek atau akibat dari suatu
peristiwa yang dianggap penyebab kadang lebih dari satu. Sebagai contoh, jika
ada mahasiswa tidak ikut ujian, kita akan memperkirakan beberapa penyebabnya.
Mungkin mahasiswa itu bangun kesiangan, mungkin datang telat, atau mungkin
sakit parah.
Andaikata mahasiswa bangun kesiangan (A), dan tiba-tiba
telat (B), ternyata mahasiswa itu ikut ujian (E), dapat disimpulkan bahwa tidak
ikut ujiannya mahasiswa itu disebabkan karena sakit parah (C).
Pola
rancangannya sebagai berikut :
Kesiangan (A) telat
(B) sakit parah (C) Mahasiswa tidak ikut ujian (E).
Kesiangan (A) telat
(B) Mahasiswa
ikut ujian (E).
Oleh sebab itu, sakit parah (C) menyebabkan
mahasiswa tidak ikut ujian (E).
Pola seperti itu sesuai
dengan metode agreement. Yaitu jika ada dua kasus atau lebih yang mempunyai
satu gejala dan hanya satu kondisi yang menjadi penyebab sesuatu tersebut
terjadi.
b.
Pola akibat-sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat peristiwa seseorang
yang dipenjara. Dipenjara merupakan akibat dan melanggar hukum merupakan sebab.
Akan tetapi, dalam pernalaran jenis ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
c.
Pola akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan
penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain.
Contohnya sebagai berikut :
Ketika
pulang bekerja, Ibu melihat tempat sampah di ruang makan berantakan. Ibu
langsung menyimpulkan bahwa ayam di dapur pasti hilang.
Dalam
kasus itu penyebabnya tidak di tampilkan, yaitu datangnya kucing. Pola itu
dapat dilihat di bawah ini.
Kucing (A) menyebabkan
tempet sampah berantakan (B).
Kucing (A) menyababkan
ayam hilang (B).
Dalam proses pernalaran, “akibat-akibat”, peristiwa
tempat sampah berantakan (B) merupakan data, dan peristiwa ayam hilang (C)
merupakan simpulan.
Jadi, karena tempat sampah berantakan (B), pasti ayam
hilang (C).
Referensi
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta : Akademika Pressindo
http://utlia.wordpress.com/