Minggu, 14 Oktober 2012

PERNALARAN INDUKTIF

Nama             :    Kholid Nawawi
Kelas              :    3EB01
NPM               :    23210896
Mata Kuliah  :    Bahasa Indonesia
Tugas             :    Pernalaran Induktif
 

PERNALARAN
Pengertian
Pernalaran merupakan sistem berfikir manusia dengan membutuhkan data atau fakta menjadi suatu simpulan. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, beberapa orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam pernalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi. Proposisi merupakan kalimat logika atau kalimat pernyataan yang terdiri dari subject dan predikat yang bisa bernilai benar atau salah.

Metode Pernalaran
Dalam metodenya pernalaran dibagi menjadi dua yaitu pernalaran deduktif dan induktif. Namun pada pembahasan tugas kali ini penulis hanya akan membahas tentang pernalaran induktif.

Pernalaran Induktif
Pernalaran Induktif merupakan suatu pernalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum.

Jenis-jenis Pernalaran Induktif
Berdasarkan data dan fakta yang ada, seseorang dapat secara induktif menentukan pernalaran generalisasi, analogi atau hubungan kausal.
1.         Generalisasi
Generalisasi dalah suatu simpulan yang berbentuk induktif, dimana pernalaran bertolak dari fenomena khusus menuju simpulan umum.
Contoh :
Dian Sastro adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Sah atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat bahwa data itu harus memadai jumlahnya, data itu harus mewakili secara keseluruhan, dan pengecualian pada data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.
2.         Analogi
Analogi adalah proses penyimpulan dengan membandingkan dua hal berlainan yang memiliki sifat yang sama.
Contoh :
Andi adalah pegawai PT. ABC.
Andi mendapat gaji besar.
Rina adalah pegawai PT. ABC.
Oleh sebab itu, Rina mendapat gaji besar.
Tujuan pernalaran secara analogi yaitu analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan, untuk menyingkapkan kekeliruan, dan untuk menyusun klasifikasi.

3.         Hubungan Kausal
Secara induktif orang pun dapat menunjukan hubungan kausal. Hubungan kausal adalah pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala atau data yang saling berhubungan.
Pernalaran hubungan kausal ini memiliki dua pola, yaitu pola sebab-akibat dan pola akibat-sebab. Dapat kita lihat berdasarkan contoh berikut :
a.         Pola sebab-akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Dapat juga berpola A menyebabkan B, C, dan seterusnya. Jadi efek atau akibat dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang lebih dari satu. Sebagai contoh, jika ada mahasiswa tidak ikut ujian, kita akan memperkirakan beberapa penyebabnya. Mungkin mahasiswa itu bangun kesiangan, mungkin datang telat, atau mungkin sakit parah.
Andaikata mahasiswa bangun kesiangan (A), dan tiba-tiba telat (B), ternyata mahasiswa itu ikut ujian (E), dapat disimpulkan bahwa tidak ikut ujiannya mahasiswa itu disebabkan karena sakit parah (C).
Pola rancangannya sebagai berikut :
Kesiangan (A)  telat (B)     sakit parah (C)  Mahasiswa tidak ikut ujian (E).
Kesiangan (A)  telat (B)                                  Mahasiswa ikut ujian (E).
Oleh sebab itu, sakit parah (C) menyebabkan mahasiswa tidak ikut ujian (E).
Pola seperti itu sesuai dengan metode agreement. Yaitu jika ada dua kasus atau lebih yang mempunyai satu gejala dan hanya satu kondisi yang menjadi penyebab sesuatu tersebut terjadi.
b.         Pola akibat-sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat peristiwa seseorang yang dipenjara. Dipenjara merupakan akibat dan melanggar hukum merupakan sebab. Akan tetapi, dalam pernalaran jenis ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
c.         Pola akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain. Contohnya sebagai berikut :
Ketika pulang bekerja, Ibu melihat tempat sampah di ruang makan berantakan. Ibu langsung menyimpulkan bahwa ayam di dapur pasti hilang.
Dalam kasus itu penyebabnya tidak di tampilkan, yaitu datangnya kucing. Pola itu dapat dilihat di bawah ini.
Kucing (A)         menyebabkan tempet sampah berantakan (B).
Kucing (A)         menyababkan ayam hilang (B).
Dalam proses pernalaran, “akibat-akibat”, peristiwa tempat sampah berantakan (B) merupakan data, dan peristiwa ayam hilang (C) merupakan simpulan.
Jadi, karena tempat sampah berantakan (B), pasti ayam hilang (C).

Referensi
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo
http://utlia.wordpress.com/