Selasa, 15 Februari 2011

Hikmah Maulidurrosul



Allahaumma Sholli wasallim ala sayyidina Muhammad ....

Hari ini Selasa 15 Februari 2011 bertepatan dengan tangg 12 Rabiul Awal 1432 H. Hari Kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.

Seperti tahun-tahun sebelumnya Perayaan Maulid berlangsung di bebarapa tempat, ada yang berlangsung sangat meriah namun ada pula yang berlangsung sederhana.

Peringatan maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin.

Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”

Kenyataan saat ini telah membuktikan, bahwa disebabkan belum bersungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam mengarungi perjuangan hidup, maka kehidupan kaum muslimin saat ini cenderung terperosok menjadi ummat terbelakang, dibandingkan dengan ummat-ummat lain di hampir semua bidang kehidupan.

Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah mau dan berani merubah kebiasaan hidup kita ini.

Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah segala sesuatu yang ada pada diri mereka sendiri” (QS.23. Ar-Ra’du : 11).

Imam Ibnu ‘Atho’illah dalam kitab Al-Hikam menyatakan :“Bagaimana mungkin keadaanmu akan berubah menjadi luar biasa, sedangkan kamu belum mau merubah kebiasaan-kebiasaaan hidupmu”.

Kebiasaan mengabaikan teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari ternyata membawa kita kepada kemunduran derajat hidup, maka jika ingin berubah menjadi ummat yang maju dan bermartabat, kita harus merubah kebiasaan kita.

Kita harus tinggalkan sikap menyepelekan dan mengabaikan uswahtul hasanah Rasulullah SAW. Kita harus bersungguh-sungguh dan lebih bersungguh-sungguh lagi dalam mengenal dan mengikuti teladan Rosulullah SAW dalam hidup ini.

Kesungguhan kita dalam mengikuti teladan Rasulullah SAW secara utuh dalam mengarungi perjuangan hidup ini adalah kunci menuju kehidupan ummat yang lebih maju dan bertartabat di masa yang akan datang.

Imam Ibnu Atho’illah menyatakan : “Janganlah kamu membanggakan warid yang belum kamu ketahui buahnya. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan itu bukanlah hujan. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan adalah wujudnya buah-buah pepohonan”.

Al-Hamdulillah jika kita dapat menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Namun hendaknya jangan terlalu bangga dahulu. Sebab terselenggaranya acara itu baru ibarat awan. Meriahnya suasana baru laksana hujan. Bagaimana dengan buahnya ?. Sudah wujudkah ?.

Buahnya adalah “Mutiara hikmah dan perubahan”. Perubahan menjadi lebih baik. Lebih utuh dan lebih bersungguh-sungguh dalam meneladani Rosulullah SAW dalam seluruh sisi kehidupan kita. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.

Rasullah SAW adalah rahmat bagi semesta alam, kebaikan dan keberkahannya tidak hanya didapatkan oleh orang-orang yang semasanya dan tidak pula berakhir dengan wafatnya.

Kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman, " dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) kententraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, maha mengetahui." (Qs. At-Taubah: 103).

Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantaraan) Nabi-Mu, nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.

Wallaahu ‘a’lam bisshowaab.



Referensi : http://amriawan.blogspot.com/

Jumat, 11 Februari 2011

Benarkah Cokelat lebih menyehatkan dari buah?

VIVAnews - Cokelat seringkali dijadikan 'obat' untuk mengusir stres dan meningkatkan mood. Tak hanya lezat, camilan asal Amerika Selatan ini memang dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

Peneliti di Pusat kesehatan dan Gizi Hershey menyatakan cokelat pantas menyandang predikat 'buah super'. Dari studi di labolatorium, diketahui cokelat memiliki banyak antioksidan.

Tingkat polyphenol dan flavanoid dalam satu gram bubuk kakao lebih banyak dibandingkan buah-buahan yang digunakan untuk membuat jus.

Pakar menemukan biji kakao, buah asal cokelat memiliki nutrisi luar biasa dengan kandungan makronutrien, seperti dikutip dari medindia.net.

Temuan yang dipublikasikan dalam Jurnal Kimia menunjukkan bahwa cokelat pekat (dark chocolate) dan cokelat bubuk mengandung flavanoid dan polifenol lebih tinggi daripada jus buah.

Antioksidan ditemukan dalam buah-buahan seperti anggur, stroberi dan buah delima, beberapa jenis jus, cokelat pekat, teh hijau dan anggur merah. Antioksidan adalah senyawa yang akan melawan radikal bebas perusak sel. Bila tubuh kekurangan antioksidan, dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Namun, pakar lain menilai frasa 'buah super' tidak benar dan hanya diciptakan produsen sebagai bagian pemasaran. Sebab, tidak ada satu jenis makanan pun yang memiliki semua nutrisi penting.

Surga Allah merindukan siapa saja?


Hamba Allah yang sangat dirindukan oleh surga-Nya ialah :

  1. Hamba yang senang membaca Al-Qur'an, memahami isi kandungan, lebih2 mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Hamba yang mampu menjaga mulutnya dari omongan-omongan yang tidak bermanfaat, apalagi merugikan orang lain.
  3. Hamba yang dengan ikhlas memberi makan kepada orang lain yang sedang lapar.

TUGAS 1

Melawan Krisis Pangan


Ancaman krisis pangan kian nyata. Sejumlah negara eksportir pangan jauh-jauh hari tidak mengobral ekspor pangan produksi mereka. Thailand dan Vietnam, dua negara eksportir beras nomor pertama dan kedua dunia itu, memperketat ekspor beras.

Akibat kebijakan itu, diperkirakan harga beras tahun ini bakal naik dua kali lipat. Diperkirakan hal serupa terjadi pada gandum dan pangan lain. Eksportir gandum utama, Australia, dilanda banjir besar. Hal serupa menimpa eksportir pangan Brasil. Kenaikan harga pangan hanya menunggu waktu.

Saat itu terjadi negara importir neto pangan akan terpukul. Tanda-tanda krisis pangan juga tampak dari kenaikan indeks harga pangan. Seperti dilansir FAO, indeks harga pangan Desember 2010 mencapai 215, naik signifikan ketimbang sebulan sebelumnya (206).Angka ini sudah melampaui nilai indeks harga pangan tertinggi ketika tripel krisis, krisis keuangan- energi-pangan, terjadi tahun 2008 (213,5).

Krisis pangan 2007-2008 parah karena sejumlah negara menutup ekspor pangan. Mereka khawatir pasokan pangan domestik berkurang. Ini membuat pasar panik. Jika langkah itu jadi kebijakan generik banyak negara, krisis pangan tahun ini akan meledak.

Krisis pangan bisa dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sejak Desember, harga BBM terus naik dan sudah menembus USD100 per barel. Kenaikan harga BBM bakal membuat biaya produksi pangan meningkat. Pada saat yang sama, kenaikan harga BBM membuat sejumlah pangan biji-bijian, terutama yang mengandung minyak-lemak (seperti tebu, kelapa sawit, kedelai, jagung), bakal dikonversi dari pangan menjadi bahan bakar (biofuel).

Kenaikan harga BBM membuat bahan bakar dari bahan pangan semakin kompetitif. Krisis pangan 2007-2008 meledak, salah satunya dipicu oleh konversi (besar-besaran) pangan jadi bahan bakar, terutama di negara maju.

Bagi Indonesia, ancaman krisis pangan bukan kemustahilan .Sebagai negara agraris, Indonesia bisa terjerembab pada krisis pangan akut. Ini terjadi karena kebijakan-kebijakan yang diambil bukannya memperkuat kedaulatan pangan, sebaliknya justru kian menyandera Indonesia pada ketergantungan impor pangan tak berkesudahan.

Salah satu kebijakan gegabah dan ceroboh itu adalah pembebasan bea masuk selama setahun 57 pos tarif komoditas beras, gandum, kedelai, bahan baku pupuk dan pakan ternak. Kebijakan ini hanya akan memperderas arus pangan impor, dan menekan produk pangan domestik. Beras misalnya.

Akhir Februari nanti akan panen raya. Sejarah perberasan puluhan tahun mengajarkan, pada saat panen raya harga gabah/beras jatuh. Apabila pada saat yang sama pasar domestik diserbu beras impor dengan harga murah, harga beras akan terjerembab jatuh lebih dalam.

Bulog yang diharapkan menjadi penolong sering kali tersandera kalkulasi untung-rugi. Kalau Bulog melakukan pembelian gabah/beras besar-besaran ada peluang besar merugi.

Jika merugi, direksi dinilai tidak performkarena ukuran keberhasilan direksi adalah menyetorkan keuntungan ke negara. Sebaliknya, kalau abai pada gabah/beras produksi petani, Bulog dihujat. Dalam sandera kalkulasi untung-rugi, Bulog sering kali lepas tangan.

Akibatnya, petani yang miskin semakin miskin. Dalam hal gandum idem ditto. Pembebasan bea masuk gandum hanya akan memperdalam ketergantungan kita pada pangan impor itu. Padahal, negeri ini kaya sumber daya domestik yang bisa menyubstitusi gandum.

Pada saat yang sama, negara kehilangan potensi pajak. Pembebasan bea masuk gandum misalnya, membuat negara merugi Rp840 miliar. Ini belum termasuk bea masuk kedelai, jagung, dan komoditas lain. Jadi, sebenarnya kita merugi dua kali: diserbu pangan impor dan kehilangan pendapatan.

Sampai saat ini, neraca ekspor-impor Indonesia dalam subsektor tanaman pangan masih negatif. Tahun 2008, defisit subsektor tanaman pangan mencapai USD3.178 juta atau Rp31,78 triliun (kurs Rp10.000 per dolar AS).

Angka ini sekira tiga persen APBN, jauh di atas anggaran Departemen Pertanian 2009 (Rp8,4 triliun). Jika ditambah defisit subsektor peternakan, nilainya jadi Rp43,82 triliun, melampaui keseluruhan anggaran pembangunan pertanian (Rp40 triliun per tahun).

Sampai saat ini kita belum bisa keluar dari ketergantungan impor sejumlah pangan penting: susu (90 persen dari kebutuhan), gula (30 persen), garam (50 persen), gandum (100 persen),kedelai (70 persen), daging sapi (30 persen), induk ayam, dan telur. Padahal, kecuali gandum, pangan impor ini sebenarnya bisa diproduksi di dalam negeri.

Tanpa kebijakan tegas, terukur dan berdimensi jangka panjang impor pangan akan terus membesar, dan salah kelola pertanian pangan berlanjut tanpa ada koreksi. Kunci keberhasilan melawan krisis pangan adalah keragaman pangan.

Sukun, sagu, dan ubi kayu yang relatif lebih tahan pada musim basah yang berkepanjangan perlu digalakkan. Potensi umbiumbian Indonesia amat besar. Sumber daya yang beragam ini jadi modal penting karena lebih pejal terhadap anomali iklim dan cuaca. Ini menunjukkan Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memberi pangan dunia.

Di masa lalu, sumber daya yang beragam ini jadi modal penting kedaulatan pangan rumah tangga, dan komunitas. Karena itu, mengembalikan pola pangan beragam jadi cara ampuh melawan krisis pangan. Negeri ini pernah memiliki tradisi pangan lokal-adaptif yang luar biasa ragam-jenisnya.

Sejarah mencatat gaplek (Lampung, Jateng, Jatim),sagu (Maluku,Papua), jagung (Jateng, Jatim, Nusa Tenggara), cantel/sorgum (Nusa Tenggara), talas dan ubi jalar (Papua) sebagai pangan baku warga selama bertahun- tahun.

Pola makan unik, khas, beragam, dan adaptif terhadap lingkungan itu diwariskan turun-temurun dan terbukti mampu menjamin kedaulatan pangan warga. Berkat rekayasa negara lewat adopsi teknologi introduksi, secara dramatis pola makan bergeser ke satu jenis: beras.

Dalam struktur diet makanan, pada 1954 pangsa beras baru mencapai 53,5 persen. Sisanya, dari ubi kayu (22,6 persen), jagung (18,9 persen) dan kentang (4,99 persen). Namun, pada 1987 atau tiga tahun setelah swasembada beras terjadi pergeseran luar biasa: beras mendominasi struktur diet makanan dengan pangsa 81,1 persen, disusul ubi kayu (10,02 persen) dan jagung (7,82 persen).

Kini, semua perut warga tergantung pada beras dengan tingkat partisipasi rata-rata 100 persen. Untuk mengembalikan pangan yang beragam, pertama, kampanye diversifikasi pangan tidak cukup dengan imbauan tapi harus dilakukan secara struktural lewat aparatus negara dan perangkat-perangkatnya.

Yang tak kalah penting adalah pencitraan pangan-pangan lokal lewat promosi. Mi instan bisa jadi makanan yang menembus lintas batas sosial seperti sekarang karena sukses pencitraan masif dan terus-menerus lewat iklan. Kedua, kampanye harus dibarengi ketersediaan pangan lokal dalam jumlah cukup, tersedia kapan saja dan di mana saja, harganya terjangkau kantong, rasanya enak, bergizi dan mudah dimasak.

Ini membuat ada insentif menekan konsumsi beras yang akut. Ketiga, ini yang cukup sulit, dilakukan secara konsisten, terencana, dan secara terus-menerus.(*)
referensi :
Pegiat AEPI, Anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat(Koran SI/Koran SI/ade)

Selasa, 01 Februari 2011

Indonesia, Negara Boros BBM Tapi Tidak Produktif

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA

Konsumsi energi di Indonesia sebagian besar digunakan untuk kegiatan nonproduktif yang hanya sedikit bernilai ekonomis, kata Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Harwin Saptoadi.

"Kegiatan nonproduktif itu di antaranya sektor rumah tangga dan transportasi keluarga. Hal itu menyebabkan konsumsi energi menjadi boros atau tidak efisien," katanya di Yogyakarta, Senin.

Ia mengatakan konsumsi energi di Indonesia juga untuk menopang industri manufaktur yang boros energi tetapi menghasilkan komoditas berharga rendah.

Padahal, menurut dia, di negara maju energi digunakan secara efisien untuk kegiatan produktif yang menghasilkan komoditas berharga tinggi, atau negara tersebut pertumbuhan ekonominya ditopang oleh industri jasa yang bernilai ekonomis tinggi tetapi lebih sedikit memerlukan energi.

Ia mengatakan meskipun potensi sumber daya energi terbarukan sangat melimpah di Indonesia, pemanfaatannya secara riil sebagai pembangkit energi listrik masih sangat kecil.

"Di sisi lain, sumber daya energi biomassa di Indonesia tidak bisa diabaikan, karena terbukti mampu menyumbang 17,59 dari total pasokan energi nasional pada 2008, hanya kalah dari minyak bumi (37,01 persen) dan batu bara (26,24 persen)," katanya.


sumber : id.news.yahoo.com