“Grobakchise”
salah satu bentuk wirausaha yang beberapa tahun belakangan ini sedang
berkembang dengant pesat, mengingat modal yang dibutuhkan untuk membangun usaha
jenis ini tidak lebih dari Rp. 10.000.000,- jutaan. Dengan modal yang relatif
kecil, grobakchise pun bak jamur di musim penghujan, dimana-mana ada. Usaha seperti apakah grobakchise ini?
Ya, usaha grobakchise ini wujudnya bermacam-macam bidang yang ditekuni, seperti
makanan ringan yang tahan lama maupun tidak tahan lama, aksesoris HP yang
sering kita jumpai di depan kampus-kampus, dan lain sebagainya.
Dengan
mengetahui kriteria “grobakchise” di atas, apabila kita amati bersama di
sekitar kita tentu Anda juga setuju kalau bisnis gorengan mendominasi pasaran. Bisnis
gorengan yang merupakan salah satu nemtuk usaha grobakchise ini disetiap minimarket sepertinya bisa
dipastikan selalu ada yang berdiri dan bekerja sama dengan pihak pengelola
minimarket tersebut. Nilai plus dari grobakchise yang bekerjasama dengan pihak
minimarket adalah bagi pedagang bisnis kecil-kecilan ini tidak perlu bekerja
ekstra untuk mendapatkan pelanggan karena dengan berdiri di depan minimarket
secara otomatis pedagang akan
mendapatkan konsumen dari pelanggan yang hendak berbelanja di minimarket baik
konsumen loyal dengan usaha mereka maupun yang sekedar mencicipi prduk gorengan
ini..
Tahukah
Anda, siapakah pemain dari grobakchise di beberapa tahun belakangan ini?
Menurut Guru Besar FE UI Bapak Rhenald Kasali memandang kecenderungan
pertumbuhan usaha mikro dan kecil di Indonesia saat ini lebih di dominasi oleh
anak muda perkuliahan dan cenderung ke jajanan warung atau cemilan. Beliau juga
menyesalkan kondisi ini karena secara langsung mereka akan menyaingi pedagang
kecil yang dari kalangan menengah kebawah. Menurut beliau, seharusnya para
mahasiswa berinovasi dengan franchise bukan bertempur dengan pedagang kecil dan
nantinya akan menjadi musuhn ya rakyat kecil. Memang baik apabila mahasiswa
mampu berpenghasilan sendiri, syukur-syukur membiayai kuliah dengan sendirinya
tanpa membebankan biaya ke orang tua. Namun beliau berharap untuk mahasiswa
lebih berinovasi dalam membangun usaha. Apabila kita mundur ke tahun 1990-an,
ada pada masa itu pemuda juga sebagai mahasiswa bernama Sudarpo yang sudah
berani masuk dalam usaha perkapalan dan juga Hasyim Ning yang memulai kiprah
pertaruhan bisnisnya pada usaha dealer mobil. Masa tahun 2010-an kesini kita
hanya berani berjualan cemilan, dawet, gorengan? Maka dari itu, marilah visi
industri kita bangun. Bisa kita memanfaatkan kredit industri sebagai modal
membangun usaha. Inilah saatnya kewirausahaan Indonesia direvitalisasi,
diarahkan ke industri khususnya energi terbarukan, lingkungan, dan inovasi.
Bang
Haji Rhoma Irama berkata, “masa muda adalah masa yang berapi-api”. Masa muda puncaknya
semangat juang tinggi, antusiame dan rasa ingin tahu tiada henti, dan selalu
berambisi. Sejatinya semangat kemajuan ini mampu kita terapkan kepada hal yang
positif, hal yang membangun, dan menunjang masa depan kita. Meski rezeki sudah
ada yang mengatur, bukankah besar kecilnya rezeki tergantung usaha yang kita
lakukan?
Mari
pemuda Indonesia, janganlah menjadi pebisnis dengan bermental penumpang, tetapi
pebisnis dengan mental pengemudi, pemenang bukanlah mereka yang tak pernah
jatuh atau kalah, melainkan yang tak pernah berhenti, adapun yang kalah adalah
mereka yang berhenti.
Salam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar